Aku menulis karena marah.
Karena ada yang hilang, ada yang dirampas, dan terlalu banyak yang dibungkam tapi disuruh diam.
Aku menulis karena ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan pakai kalimat baik-baik.
Karena duka itu nyata. Luka itu ada. Dan kadang, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menuangkannya jadi kata.
Di sini, aku tidak menjanjikan tulisan yang manis.
Yang ada: tulisan tentang kehilangan, tentang tubuh, tentang jadi perempuan, tentang sejarah yang dipelintir, dan tentang rasa yang tak sempat disampaikan.
Kalau kamu sedang marah, mungkin kamu akan betah.
Kalau kamu sedang hancur, mungkin kamu akan merasa ditemani.
Aku tidak selalu waras. Tapi aku selalu jujur.